Penulis: Rakhman Halim
“Yok, gowes yok!”
“OK, ntar sore, yak!”
Itu perbincangan yang kerap menghiasi aplikasi watshap saya akhir-akhir ini. Bagaimana dengan Anda?
–
Dalam suasana kekhawatiran menularnya virus covid-19, saya adalah salah satu yang terkena virus gowes. Kegiatan ini menjadi sangat produktif dan intensitasnya bertambah saat WFH (Work from Home) berlangsung. Banyak waktu longgar atau kesempatan menjadi alasan yang kuat buat saya untuk mengakrabi kegemaran menyehatkan ini. Jamak, saat ini pun semakin marak para goweser, sebutan bagi para pesepeda di jalan raya.
Para goweser biasanya melintas di pagi, sore, atau malam hari. Kebiasaan ini muncul di era pandemik, entah karena akumulasi rasa bosan jadi kaum rebahan selama masa PSBB dan mereka betul-betul ingin gerak dan berolahraga atau hanya karena tren. Akan tetapi, bukan itu intinya, yang jelas berolahraga apalagi sambil gowes memang terasa lebih menyenangkan.
Menurut penelitian ada beberapa hal yang didapat dari bersepeda: mengendalikan berat badan, mengurangi resiko penyakit jantung, diabetes dan lainnya, meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan koordinasi otot, dan mengurangi stress. Tentunya, dengan mendapatkan beberapa manfaat tersebut immunitas tubuh bertambah dan pastinya sangat diperlukan melawan Covid-19.
Di tengah semakin maraknya aktivitas bergowes ria, muncul kabar bahwa pemerintah berencanamemungut pajak sepeda. Hal ini sudah pasti menjadi pro-kontra di tengah sulitnya perekonomian yang dirasakan di era pandemik ini. Alih-alih memberikan arahan atau edukasi pada masyarakat tentang efek positif bersepeda bagi lingkungan karena mengurangi polusi, justru malah membebani masyarakat. Minimnya fasilitas yang tersedia, seperti jalur khusus sepeda juga memicu ketidakpuasan bagi goweser. Jika, wacana itu benar adanya, tentu patut disayangkan.
Di satu sisi, selain menyehatkan, aktivitas gowes ini tak jarang juga menjadi ajang tren sepeda bermerek dan mahal. Mungkin ini yang menjadi ide dasar ‘dilirik’-nya sepeda untuk objek pajak baru. Masalah lain juga kadang ditemui bagi sesama pengguna jalan, tak jarang ada goweser yang berkelompok memenuhi ruas jalan tanpa mengindahkan rambu dan keselematan di jalan raya. Ini yang sedang hangat diperbincangkan di dunia netizen karena pengguna jalan lain merasa terganggu oleh ulah beberapa goweser yang kurang peduli pentingnya safety on the road.
Para goweser harus memperhatikan kelengkapan dan kesiapan dirinya saat gowes bareng atau gobar, misalnya tentang starting kit (kelengkapan dasar), seperti helm, sarung tangan, lampu depan dan belakang, dan masker yang menjadi part wajib bagi seorang goweser. Demi keselamatan diri dan pengguna jalan lainnya, kesadaran mematuhi rambu lalu-lintas menjadi hal wajib yang harus dicamkan para goweser. Selain itu, karena saat ini masih suasana pandemic covid-19, goweser tentunya tidak bergerombol; tetap menerapkan phisycal distancing.
Fenomena ini memang harusnya disikapi dengan bijak, pemerintah selayaknya memberikan edukasi tentang bagaimana keselamatan di jalan raya, menyediakan sarana seperti jalur khusus, rambu keselamatan, parkir khusus sepeda, secara masif bagi para goweser agar tertib dan selamat. Kita bisa melihat dan bandingkan bagaimana asyiknya menjadi goweser di beberapa kota besar Eropa dan Amerika yang notabene padat penduduknya justru menjadi kota yang ramah sepeda atau bicycle friendly., sebut saja Amsterdam, Vancouver, Berlin, Tokyo, dan lain-lain. Bahkan, di Amsterdam, tahun lalu membayar warganya yang mau bersepeda, hingga mengeluarkan anggaran trilyunan, nah loh?
Keinginan baik untuk berolah raga, terutama bersepeda saat era pandemik ini memang harus dibarengi kesadaran sebagai bagian dari New Normal tentang pentingnya keselamatan, kenyamanan, dan didukung sarana dan kebijakan pemerintah yang populis dan tidak memberatkan bagi masyarakat. Semoga bukan sekedar tren sesaat, tapi menjadi habit, budaya positif baru bagi masyarakat Indonesia yang sehat dan kuat.
Ayo, tetap semangat bergowes ria! Kita berharap, semoga wacana pajak sepada hanya gosip semata. Sebaliknya, akan nada terobosan baru dari pemerintah untuk mengedukasi sekaligus menyiapkan prasarana yang memadai sehingga semakin banyak masyarakat yang mencintai olahraga bersepada. Masyarakat sehat, lingkungan terjaga dari polusi yang membahayakan.
Jika ternyata wacana sepeda dipungut pajak menjadi benar, menurut Anda bagaimana?